ABSTRAK
 
Teori adalah kekuatan. Ia merupakan sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang untuk membuktikan keeksistensiannya, kepeduliannya sebagai salah satu komponen di dalam lingkungan kehidupannya. Dengan menggunakan kekuatannya, teori dapat merubah segala sesuatu: gerakan, kebudayaan, peradaban manusia dan lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan kekuatannya pula, ia dapat menimbulkan perdebatan dan pertentangan di antara dua pihak yang berbeda pandangan.
Konflik-konflik yang terjadi di antara teori-teori disebabkan oleh perbedaan argumen-argumen masing-masing pihak yang saling mempertahankan pendapat-pendapatnya. Fenomena saling menggugat, menentang, memperdebatkan di antara ahli teori kritis maupun pendukung teori-teori itu sendiri sudah banyak terjadi di segala disiplin ilmu pengetahuan.
Arsitektur yang termasuk salah satu di antaranya tidak hanya berupa sebuah disiplin ilmu yang cenderung berpraktik ke arah teknis, namun ia juga berupa ilmu pengetahuan yang membutuhkan pernyataan-pernyataan, teori-teori bahkan manifesto-manifesto yang membantu dalam hal perancangan objek-objek yang dihasilkan baik itu bangunan maupun pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya termasuk manusia itu sendiri.
Konflik di antara teori kritis arsitektur pun sering kali muncul dalam bentuk wacana-wacana yang kemudian berpengaruh dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat secara global pada umumnya dan juga berpengaruh pada gaya dan bentuk perancangan bangunan arsitektural khususnya.


KESIMPULAN
Everything always change. Segala sesuatu senantiasa berubah. Tidak ada yang konstan di dunia ini. Segala sesuatu terperangkap oleh dimensi ruang dan waktu. Dan semua yang ada di dalamnya akan selalu bergerak dan berubah seiring dengan jalannya waktu. Demikian halnya manusia: kebudayaannya, peradabannya dan lingkungan sekitarnya senantiasa berubah baik secara fisik maupun non-fisik.
Teori, yang merupakan pernyataan yang dikeluarkan manusia untuk menunjukkan keeksistensiannya yang harus disertai bukti maupun pengakuan dari orang dan kelompok lain, juga dapat berubah dalam hal pengaruh dan kekuatannya. Teori lama yang sudah tidak dapat dipraktikkan di jaman itu akan ditentang oleh penggagas teori baru yang lebih sesuai akan jaman tersebut. Teori dalam setiap cabang ilmu pengetahuan secara sederhana merupakan sebuah penilaian kritik darinya dan juga berfungsi sebagai ilmu pengetahuan juga. Sebuah teori dianggap berhasil jika teori tersebut sederhana namun mempunyai kekuatan yang universal tentang kehidupan dunia secara keseluruhan dan bagaimana teori tersebut bekerja yang dapat membuat kita mampu memprediksi hasilnya di masa depan secara akurat. Sebuah teori tidak dapat dibuktikan kebenarannya namun teori akan tetap berdiri sampai ia terbukti salah. Teori dianggap relevan jika ia mengarah pada isu akan fenomena kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Konflik akan teori merupakan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan yang bersifat akademis. Sebuah teori yang baru pertama kali ditelurkan, ada saatnya dipertanyakan, diperdebatkan bahkan ditentang oleh baik itu pendukung teori yang lama maupun dari kalangan ahli teori lainnya yang mungkin bersikap netral. Teori akan dianggap sahih dan berlaku jika ia dapat diterapkan dalam kehidupan manusia pada saat teori tersebut lahir. Untuk meyakinkan publik akan kesahihan sebuah teori yang baru muncul, teori baru tersebut harus mempunyai kekuatan yang lebih dan argumen-argumen yang kuat untuk menentang, mengalahkan bahkan menghancurkan argumen-argumen teori yang lama. Di sini sering terjadi polemik dan konflik yang cukup sengit di antara para ahli teori kritis, ilmuwan, saintis dan kalangan yang berkepentingan lainnya baik dari pihak yang mempertahankan teori yang lama maupun dari pihak yang mendukung teori yang baru.
Dalam beberapa dekade ini perkembangan akan teori kritis semakin meningkat, bahkan di antaranya banyak menimbulkan konflik dan polemik yang juga mempengaruhi peradaban manusia secara global. Motivasi dari pesatnya perkembangan teori-teori tadi dapat ditelusuri kembali jejaknya tepatnya ketika pengaruh-pengaruh Marxisme makin meningkat. Karl Marx dan pengikut-pengikutnya mewariskan kita sebuah rangkuman dari keseluruhan teori atau disebut ‘grand narrative’ yang secara umum lebih berhubungan dengan keadaan masa kini—jauh setelah teori Marx itu sendiri lahir. Darinya kita dapat menganalisis dan membentuk nilai-nilai argumen dari semua fenomena kultur: literatur, seni, musik, sistem politik, olahraga, hubungan ras dan lain sebagainya.
Setelah Marxisme, banyak gerakan-gerakan lain yang muncul yang juga cukup memberikan pengaruh besar bagi manusia dan kebudayaannya seperti Psikoanalisis, Strukturalisme, Postrukturalisme, Posmodernisme, Dekonstruktivisme, Postcolonialism, Anti-Colonialism dan lainnya yang masih berkembang hingga saat ini. Masing-masing gerakan tersebut menghasilkan mahakarya-mahakarya teoretis yang bertujuan untuk memberikan pengaruhnya kepada publik.
Fenomena saling menggugat, menentang, memperdebatkan di antara kalangan ahli teori maupun pendukung teori-teori itu sendiri sudah banyak terjadi di segala disiplin ilmu pengetahuan. Arsitektur yang termasuk salah satu di antaranya tidak hanya berupa sebuah disiplin ilmu yang cenderung berpraktik ke arah teknis. Arsitektur juga merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang membutuhkan pernyataan-pernyataan, teori-teori bahkan manifesto-manifesto yang membantunya baik dalam hal merancang bangunan maupun mempengaruhi lingkungan di sekitarnya termasuk manusia itu sendiri.
Teori arsitektur sekarang ini dianggap sebagai sebuah penjelasan dari prakonsepsi-prakonsepsi, aspek-aspek sosio-historis, otoritas dan nilai-nilai yang tertanam di dalam arsitektur, dimana peran teori adalah sebagai ‘a mediating practice’ atau sebuah praktik untuk menengahi konflik-konflik itu sendiri. Dan sebuah teori kritis arsitektur harus mempunyai cakupan yang luas akan pengertiannya terhadap kondisi masa lalu dan masa sekarang.
Jadi jelas bahwa perdebatan dan pertentangan mengenai teori kritis arsitektur sekarang ini selain membahas mengenai arsitektur juga telah mencakup hal-hal di luar arsitektur yang berhubungan dengan arsitektur itu sendiri, khususnya yang berhubungan dengan manusia dan budayanya. Namun secara tradisional wacana dari perdebatan dan pertentangan tentang arsitektur telah meluas dan kebanyakan sampai sekarang masih merupakan sebuah wacana akan bentuk dari rancangan arsitektur tersebut. Secara umum wacana-wacana tersebut masih didominasi oleh perdebatan dan pertentangan mengenai masalah-masalah seputar gaya dari desain arsitektur.
Namun alasan-alasan dan tujuan-tujuan utama lahirnya teori-teori kritis yang baru termasuk dalam bidang arsitektur adalah bukan untuk meruntuhkan otoritas teori-teori yang dikritik, namun lebih bertujuan untuk memperkuat kembali landasan pemikiran teori yang dikritik tersebut dengan cara mengekspos kelemahan argumen-argumennya. Selain itu teori-teori kritis muncul dengan tujuan untuk menengahi konflik yang sedang terjadi pada saat ia dilahirkan. Di sisi sebaliknya, kebanyakan kritik-kritik saat ini condong beroperasi dalam mode magpie atau cenderung omong kosong belaka, yang hanya berupa pendekatan personal mereka sendiri. Dalam dunia teori sekarang ini, teori lebih banyak diciptakan untuk keperluan pasar konsumer.
Selebihnya secara garis besar juga disimpulkan bahwa, aspek-aspek yang dapat menimbulkan konflik dan polemik di antara teori-teori kritis khususnya dalam bidang arsitektur adalah kevakuman kondisi, ketidak-adilan kaum yang lebih berkuasa, hegemoni, dogma, politik, maupun gerakan-gerakan baru yang mencoba muncul untuk menawarkan solusi pemecahannya.
Jika melihat pertentangan-pertentangan tersebut, ini semua kembali kepada dualisme sifat dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dualisme sifat yang saling bertentangan inilah yang kadang-kadang menimbulkan konflik di antara keduanya. Namun tidak diragukan lagi bahwa keduanya pun saling membutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam yang terdapat di dalam kehidupan yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam bahasan disini, dualisme yang terjadi dapat digolongkan masing-masing ke dalam dua buah kelompok, dimana kelompok yang pertama merupakan kelompok yang mempunyai kekuatan lebih dibanding kelompok yang kedua. Konflik di antara dualisme dalam bahasan ini dapat dilihat dari konflik antara capitalist dengan socialist, authority (power) dengan freedom, global dengan local, inhuman dengan human serta government dengan citizen (society).
Capitalist, authority (power), global, inhuman dan government dapat digolongkan dalam kelompok yang mempunyai kekuatan lebih dan punya kecenderungan untuk menguasai dan menindas kelompok socialist, freedom, local, human dan citizen (society). Namun kelompok yang kedua pun bukan berarti tidak mempunyai kekuatan sama sekali, kelompok ini tetap berusaha bertahan dan terkadang balik menyerang untuk tetap menjaga keseimbangan alam tersebut,  namun ia tidak mempunyai kecenderungan untuk beraksi lebih dahulu terhadap kelompok lainnya, sebaliknya ia lebih cenderung bereaksi—seperti hukum alam: action-reaction, cause-effect.
Kesemuanya ini pada akhirnya dapat ditarik benang merahnya bahwa, semuanya berawal dan berakhir pada manusia itu sendiri. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kebudayaan dan peradabannya, manusia mencoba untuk mencari hidup yang lebih baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya yang terkadang menggunakan segala macam cara. Dan bahkan manusia mencoba untuk mengajukan opsi lain yaitu dengan menggunakan kekuatan dari sebuah teori, yang merupakan hasil dari statement yang dikeluarkannya, untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Namun lepas dari semua itu, terbukti bahwa ‘Theory is Power’.

Depok, December 2003
Sigit Kusumawijaya
This writing is not the full version of the assignment, only Abstract and Summary Chapter are showed.
This paper is submitted to the Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia for fulfillment of the degree Bachelor of Architecture under the course Final Writing.
Supervisor: Ir. Antony Sihombing MPD.