Sigit Kusumawijaya was featured on Koran Sindo Daily Paper, Aug 23, 2015, page 13:

“Bergerak Ciptakan Lahan Hijau” (Act for Creating Green Space)

Sigit Kusumawijaya - Cartoon Koran Sindo - Bergerak Ciptakan Lahan Hijau
Sigit Kusumawijaya, Architect & Co-Inisiator of Indonesia Berkebun

Sejak booming beberapa tahun terakhir, media sosial terbukti mampu menciptakan gerakan-gerakan positif dan mengumpulkan banyak orang untuk terlibat contohnya Blood for Life, Akademi Berbagi, dan Koin untuk Prita.

Tidak terkecuali gerakan yang peduli terhadap lingkungan yaitu Indonesia Berkebun yang awalnya digagas melalui jejaring Twitter.

Kini gerakan itu sudah menjadi komunitas yang terus melakukan aksi mengubah lahan kosong menjadi lahan produktif. Bagaimana cerita Indonesia Berkebun lahir dan sejauh mana perkembangannya saat ini? Berikut kutipan wawancara KORAN SINDO dengan Co-inisitator Indonesia Berkebun Sigit Kusumawijaya yang ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta Selatan.

Apa itu Indonesia Berkebun?

Indonesia Berkebun adalah komunitas yang bergerak melalui media jejaring sosial yang bertujuan menyebarkan semangat positif untuk lebih peduli pada lingkungan dan perkotaan dengan program urban farming. Urban Farming merupakan sebuah konsep berkebun atau bertani di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur, lahan sisa yang sering dianggap negative space untuk kota.

Indonesia Berkebun menjadi sebuah gerakan komunitas yang menggerakkan konsep ini. Kami mengubah lahan kosong menjadi lahan pertanian/ perkebunan produktif yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Semua orang bisa berkebun di lahan itu. Jadi, ada lahan kosong yang dipinjam untuk diubah menjadi lahan kebun.

Bagaimana ide awal Indonesia Berkebun berdiri?

Indonesia berkebun awalnya lahir dengan nama Jakarta Berkebun sekitar Oktober 2011. Aksi ini digagas oleh sekelompok orang di sebuah media sosial seperti arsitek Ridwan Kamil, Sigit Kusumawijaya, Achmad Marendes, Shafiq Pontoh, dan aktivis media sosial lain yang mendiskusikan ide urban farming untuk Kota Jakarta. Akhirnya kelompok ini menjadi sebuah komunitas, kemudian mulai berkumpul dan menuangkan ide untuk mengadaptasi urban farming di Jakarta.

Dengan apresiasi yang sangat besar dari media, beberapa instansi dan korporasi, baik skala nasional maupun internasional, juga seluruh warga kota, semangat berkebun di kota ini akhirnya menyebar ke seluruh kota Indonesia di bawah payung Indonesia Berkebun.

Apa saja kegiatan Indonesia Berkebun?

Acara reguler setiap akhir pekan yaitu merawat kebun, kemudian ada kegiatan tanam dan panen. Selain itu, terdapat Akademi Berkebun, yaitu sebuah kelas edukasi dan praktik secara langsung di lapangan. Aksi awal Indonesia Berkebun ketika memanfaatkan lahan kosong di Springhills, Kemayoran, Jakarta, pada 2011. Ada lahan kosong di sana yang dapat dipinjam untuk diubah menjadi lahan yang bermanfaat.

Saat ini sudah ada lahan yang terdapat di Kasagoya Residence. Dari aktivitas ini terbentuk sebuah kegiatan lain yaitu belajar tentang botani di luar kelas. Contohnya seperti di Banten Berkebun dengan lokasi BSD, dan Bandung Berkebun dengan lokasi Sukamulya. Selain itu, bisa menciptakan tempat bermain di alam serta mendapatkan makanan sehat dan fresh dari kebun.

Bagaimana proses pencarian lahannya?

Kami bekerja sama dengan berbagai perusahaan, pemerintah, hingga warga yang ingin meminjamkan lahan kosong yang mereka miliki. Jadi, siapa pun bisa terlibat sebagai peminjam lahan. Kemudian, lahan ini kita manfaatkan untuk masyarakat. Semua ikut terlibat, dari owner lahan, komunitas, hingga warga sekitar.

Apa konsep yang diterapkan Indonesia Berkebun?

Indonesia Berkebun menerapkan tiga konsep dasar yaitu ekologi, ekonomi, dan edukasi. Ekologi yaitu memberdayakan lingkungan dan mengembalikan kesuburan tanah. Kemudian konsep ekonomi yakni menciptakan ketahanan pangan kota yang berkelanjutan. Masyarakat dengan berkebun bisa mendapatkan sumber makanan dari menanam langsung. Beberapa hasil panen juga bisa dijual. Sedangkan konsep edukasi yaitu kita mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan, terutama anakanak sebagai generasi mendatang.

Bagaimana perkembangan Indonesia Berkebun?

Saat ini Indonesia Berkebun sudah berkembang dan menularkan semangat di 42 jejaring yang terdiri atas 33 kota serta sembilan kampus di Indonesia dengan visi dan tujuan yang sama. Mereka tergabung dalam jejaring Indonesia Berkebun misalnya Surabaya Berkebun, Bandung Berkebun, Banyuwangi Berkebun, Balikpapan Berkebun, dan sebagainya.

Tidak ada ekspektasi bisa berkembang sebesar ini dan bertahan. Semua berkat dorongan anggota yang sering menyampaikan aksi mereka lewat media sosial hingga tersebar di kota-kota lain. Kemudian, aksi ini ditiru juga di kota lain. Saat ini jumlah kebun yang dimiliki sudah sekitar 52 lahan.

Siapa saja yang mengelola?

Komunitas Indonesia Berkebun terdiri atas orang-orang yang bekerja di berbagai bidang dan industri seperti arsitek, perancang kota, marketing communication , teknik, keuangan, entrepreneur , entertainment , dan lain-lain. Kemudian dibantu juga oleh praktisi botani dan mahasiswa.

Semua memiliki cita-cita yang sama dengan tujuan ingin menambah lahan hijau di kota, membuat masyarakat lebih sehat dan peduli lingkungan hingga memiliki ketahanan pangan sendiri. Kini terdapat sekitar 30 orang yang mengelola Indonesia Berkebun di Jakarta. Belum lagi ditambah dengan anggota di jejaring kota besar lain, mungkin sekitar 500 orang yang sudah tergabung.

Siapa saja yang memberikan dukungan pada Indonesia Berkebun?

Kalau dukungan dalam arti memberikan lahan biasanya developer, perusahaan, pemerintah, yayasan, hingga pemilik lahan mandiri perorangan. Contohnya di Bandung, ada lahan warga perorangan, Batam memiliki lahan dari pemerintah kota, dan Makassar dari lahan milik yayasan. Jadi, semua lahan berbeda-beda.

Ada jejaring yang beruntung karena didukung pemerintah daerah. Banyak kota yang beruntung didukung oleh pemerintah kota seperti Bandung, Surabaya, Solo, dan Banyuwangi. Kerja sama juga dilakukan dengan banyak instansi seperti dengan lembaga pemasyarakatan dan program CSR perusahaan.

Apa saja kendala yang dihadapi Indonesia Berkebun?

Sejauh ini belum ada kendala teknis, namun kendala yang dirasakan lebih menyorot ke keberlangsungan. Sudah hampir lima tahun berjalan dan bisa bertahan memang membutuhkan komitmen dari para anggota. Tetapi, tidak dipungkiri butuh regenerasi, di beberapa jejaring kota lain juga sudah terjadi perubahan ketua. Mungkin gerakan ini perlu membuat badan hukum agar terus terjaga.

Dina angelina  

(ars)

Source: