Rumah Memenuhi Kebutuhan Pangan Keluarga, Kok Bisa? – sigit.kusumawijaya | architect & urbandesigner
Architecture Expert at Grya: sigit.kusumawijaya | architect & urbandesigner (SIG)
Memiliki sebuah visi yang lebih besar dari sekedar menerapkan konsep hijau pada bangunan, arsitek Sigit Kusumawijaya telah berhasil menciptakan berbagai proyek hunian maupun komersial yang berfokus pada lingkungan yang sustainable.
Beranda House by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner. Copyright photo M Ifran Nurdin
Selain mempelajari arsitektur, Sigit juga telah menyelesaikan pendidikan Master-nya dalam bidang ilmu perkotaan di TU Delft, Belanda. Ilmu ditambah dengan passionnya terhadap gerakan sosial membuatnya tidak lelah mempromosikan kebaikan dan manfaat dari berkebun dalam kehidupan sehari-hari maupun komunitas masyarakat Indonesia. Sebab dengan menanam sendiri sumber pangan, maka masyarakat bisa lebih mempunyai ketahanan pangan dan tentunya memiliki hidup yang lebih selaras dengan alam.
Rumah BSD by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner.
“Pengaplikasian konsep urban farming pada desain arsitektur dan lansekap menurut saya beyond green architecture. Jadi fungsi tanaman sebagai elemen penghijauan pada bangunan tidak hanya menjadikan iklim mikro di sekitar bangunan tersebut menjadi lebih rindang dan sejuk, serta penambah unsur estetis dan ornamen, tapi dengan menggunakan tanaman yang bisa dikonsumsi atau dimakan, pemilik dan pengguna dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri dari bangunan tersebut,” ujar Sigit.
Puruk Cahu House by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner.
Tahun 2010, Sigit diajak oleh rekan arsitek senior bapak Ridwan Kamil yang ketika itu belum menjadi Wali Kota Bandung melalui media sosial twitter untuk menginisiasi sebuah gerakan yang berbasis pada konsep urban farming. Mereka berdiskusi bersama dengan rekan-rekan co-inisiator lainnya untuk berbuat sesuatu yang positif bagi komunitas dan warga kota, dengan cara mengubah lahan-lahan yang terlantar menjadi produktif. Akhirnya muncul gerakan urban farming yang bernama Indonesia Berkebun yang hingga kini masih aktif di Jakarta dan 44 jejaring di daerah lain di Indonesia.
Setu Babakan House by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner.
Arsitek yang pernah bekerja dengan arsitek internasional, Ken Yang di Malaysia, dan Andra Matin sebelumnya ini pun banyak menerapkan konsep urban farming dengan cara menanam tanaman-tanaman pangan di dalam proyek-proyek residential dan komersial yang dikerjakan bersama timnya di konsultan yang ia dirikan, sigit kusumawijaya architect & urbandesign (SIG), walaupun ia akui tidak semua klien bisa menerima konsep tersebut. Pasalnya untuk menanam tanaman pangan memang membutuhkan passion, kemampuan dan pengorbanan waktu untuk merawat dan memanen tanaman-tanaman tersebut.
“Sebenarnya tidak ada kata tidak bisa untuk membuat kebun sendiri di rumah, bahkan tanah 1×1 meter pun bisa kita tanami. Kalau tidak cukup lahan, kita bisa membuat kebun vertical ataupun kebun di atap (rooftop garden). Yang penting adalah kemauan dan passion untuk menanam tanaman pangan untuk ketahanan pangan keluarga.”
Beranda House by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner. Copyright Ade iDEA
Tentunya membangun rumah yang ramah lingkungan juga bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana lainnya. Salah satunya yang juga selalu diupayakan oleh Sigit adalah sebisa mungkin tidak menebang pohon yang sudah ada di dalam proses mendesain dan konstruksinya. Menurutnya, menaati peraturan membangun juga sangat penting, terutama mengenai Garis Sepadan Bangunan (GSB) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) serta Koefisien Dasar Hijau (KDH) untuk daerah resapan air di lokasi bangunan yang didesain. Sebab menurut Sigit, untuk menciptakan rumah yang sehat, maka diperlukan empat hal yang harus dicapai yaitu: bukaan, ventilasi silang, vegetasi, dan sanitasi yang baik.
Beranda House by Sigit Kusumawijaya – Architect & Urbandesigner. Copyright photo M Ifran Nurdin
Sigit juga peduli terhadap kemajuan profesi arsitek di Indonesia. Pria yang pernah mengerjakan proyek Hidden Park, sebuah proyek aktivasi taman untuk publik, ini berharap semakin banyak arsitek yang bisa memanfaatkan media sosial dengan lebih aktif agar konsep profesi arsitek semakin dimengerti dan diapresiasi oleh banyak orang. Tentunya disaat yang bersamaan, media sosial juga harus digunakan dengan bijaksana.
Profil Sigit Kusumawijaya – Photo from SIG Architect & Urbandesigner website.
Untuk saran Sigit Kusumawijaya kepada arsitek-arsitek muda, Sigit memberi nasihat: “Arsitek itu harus mengikuti peraturan yang ada. Banyak arsitek muda yang ingin cepat menjadi terkenal, padahal belum tentu pengalamannya cukup dan karyanya sudah cukup baik. Arsitek tidak hanya dinilai dan diapresiasi melalui ketenaran, mereka juga perlu diakui secara resmi dan legal dengan memiliki serifikat SKA, bergabung dengan organisasi, dan sebagainya. Sebaiknya arsitek-arsitek muda diharapkan selalu haus untuk mencari pengalaman, tidak semata-mata dalam mengerjakan proyek klien, tapi juga bisa dicapai melalui mengikuti kompetisi, seminar, workshop, open house, dan lain-lainnya yang bisa mengasah kemampuan dalam hal mempelajari konteks.”
Writer: Gabriella Anita Ariffin
Full time photographer and writer in Jakarta – My passion is not about photography or writing, it is about creating good and meaningful stories.
Info:
Facebook page: Sigit Kusumawijaya – architect & urbandesigner
Instagram: @sigitkusumawijaya
Twitter: @SIG_architect
Published by grya.co.id on June 14, 2016
Link: http://www.grya.co.id/stories/rumah-memenuhi-kebutuhan-pangan-keluarga-kok-bisa-sig-architecture/