proyek-pilot-indonesia-berkebun-_120927010255-220

Indonesia Berkebunlah!

Kamis, 27 September 2012, 04:37 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Berawal dari obrolan di situs jejaring sosial Twitter, Indonesia Berkebun kini membentang sayap di 25 kota dengan puluhan ribu anggota. Benar, Ridwan Kamil, seorang arsitek memulai lewat percakapan santai dengan teman-teman dan para follower-nya di situs jejaring sosial Twitter, tentang bagaimana menciptakan Indonesia yang lebih hijau. Ia lalu melontarkan gagasan: menanam di lahan 1 ha di Kemayoran, Jakarta Pusat, tak jauh dari lokasi proyek yang tengah digarapnya.

Mereka pun sepakat bertemu. Obrolan intens sejak Oktober 2010 terealisasi antero Desember 2010, yaitu dengan membuat kebun perkotaan, dengan menanam aneka sayur-sayuran. “Kami bukan ahli di bidang pertanian, jadi diskusi makan waktu agak lama,” kata Sigit Kusumawijaya, salah satu penggiat kelompok nirlaba Indonesia Berkebun.

Diskusi berlanjut di dunia maya. Obrolan mereka, karena dilakukan melalui Twitter, banyak yang menguping dan tertarik untuk bergabung. Hingga tiba saat tanam perdana, jumlah peminat membludak. Bahkan, blog mereka, yang menjadi “loket” pendaftaran, sempat jebol saking banyaknya [pendaftar. “Bayangkan, dalam semalam 6.500 orang mengakses situs secara bersamaan,” kata pria yang berprofesi sebagai arsitek dan perencana kota profesional ini, mengenang.

Sukses di ajang tanam perdana, mereka serius untuk menularkan virus berkebun  pada siapa saja. Pada Februari 2011, Indonesia Berkebun resmi berdiri.

Peminat dari luar kota, disarankan untuk membuat perkumpulan sejenis di kota masing-masing. Hingga saat ini, setidaknya 25 kota telah memiliki komunitas berkebun yang berafiliasi dengan mereka. “Mereka bebas berkreasi dengan aneka kegiatan, sejauh visinya sama dengan kami,” kata Sigit.

Visi Indonesia Berkebun sederhana saja. Bergerak melalui media jejaring sosial, mereka menyebarkan semangat positif untuk lebih peduli kepada lingkungan dan perkotaan dengan program urban farming.

Ini adalah istilah untuk kegiatan memanfaatkan lahan tidur di kawasan perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian atau perkebunan produktif hijau. Pelaku utamanya adalah masyarakat dan komunitas sekitar demi memberikan manfaat bagi mereka. Melibatkan komunitas untuk berkebun, adalah tujuan utamanya.

Semakin banyak warga perkotaan yang bertanam, akan memberi dampak positif bagi lingkungan. Itulah yang diyakini Sigit. Selain itu, juga memberi manfaat bagi banyak segi.

“Dengan diajak berkebun, warga kota akan memiliki ruang publik baru,” kata dia. Mengelola kebun secara bersama, katanya, akan mempererat persatuan warga. Kebun dikelola bersama dan hasilnya pun dinikmati bersama.

“Mereka mendapatkan sayur langsung dari kebunnya, tanpa perlu menggunakan transportasi yang akan menimbulkan banyak jejak karbon di bumi kita,” katanya.

Menurut Sigit, beberapa kegiatan di komunitas Jakarta, kini sidah berjalan. Ia menceritakan kegiatan yang dilakukan warga Pesanggrahan Mas dan di kawasan Kelapa Gading. Kehadiran penggiat Indonesia Berkebun di dua wilayah ini, hanya pada saat memberi pembekalan saja. “Selanjutnya, mereka jalan sendiri. Sudah beberapa kali mereka melakukan panen raya,” katanya.

Kendala di Jakarta, katanya, adalah menemukan lahan yang luas untuk dijadikan kebun bersama. Selain itu, tak semua pemilik lahan menganggur memberi izin bagi kegiatan bertanam karena beragam alasan.

Beda dengan di kota lain. Ia mencontohkan Solo. Pemda Solo pada saat Joko Widodo masih menjadi walikota aktif, katanya, turut aktif membantu mencarikan lahan bagi kegiatan Solo Berkebun. “Mereka memiliki 12 hektare lahan yang dikelola secara mandiri untuk bertani oleh komunitas setempat,” katanya. Begitu juga di Surabaya dan Pontianak.

Menurut Sigit, banyak manfaat bertanam. Selain menyediakan pangan yang sehat, juga turut melestarikan lingkungan.

Bertanam, katanya, bukan pekerjaan yang rumit dan butuh keahlian khusus. Siapapun, katanya, bisa menekuninya asal ada kemauan. Ia mencontohkan, banyak anggota Indonesia Berkebun yang kemudian memutuskan untuk bertani sebagai bentuk pasive income mereka. “Hasilnya lumayan,” katanya.

Bagi mereka yang ingin mempelajari cara berkebun, melalui Akademi Berkebun para aktivis Indonesia Berkebun akan memberikan bimbingan. Tak hanya itu, benih pun bisa diperoleh dengan cuma-cuma. “Mereka bisa bertanam dengan media apa saja, di lahan yang sangat terbatas sekalipun,” katanya.

Hingga kini, jumlah anggota Indonesia Berkebun berjumlah ribuan, tersebar di berbagai kota di Indonesia. Akun Twitter mereka diikuti oleh sekitar 10.435 orang. Sebanyak 25 organisasi nirlaba yang sama-sama menyerukan semangan ber-urban farming kini berafiliasi dengan mereka.

Tak heran, aktivitas mereka diapresiasi banyak pihak. Tahun lalu, mereka diganjar apresiasi Web Heroes dari Google untuk partisipasinya memanfaatkan Internet bagi kemaslahatan bersama.

 

Published by Republika Online on Thursday, September 27, 2012
Link:
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/hobi/12/09/27/mayy68-indonesia-berkebunlah-1
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/hobi/12/09/27/mayyf4-indonesia-berkebunlah-2habis