Komunitas Jakarta Berkebun [Politik Identitas dan Kewarganegaraan]

Penulis:
Bening Karilla Kinasih | M. Adhim Noordiansyah | Nindya Natasasmita | Wira Zia Akbara

Sejarah Komunitas Jakarta Berkebun dan Keanggotaan

Komunitas Jakarta Berkebun digagas pertama kali oleh seorang arsitek yang pada saat ini menjabat menjadi Walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil. Bersama dengan beberapa orang rekannya, Ridwan Kamil bersama Sigit Kusumawijaya, Achmad Marendes, Shafiq Pontoh, dan beberapa orang lainnya secara aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan lahan kosong ataupun media lain yang dapat digunakan untuk menanam tumbuhan. Sigit Kusumawijaya, selaku Public Relation dari Jakarta Berkebun mengatakan bahwa sejak awal pembentukannya Jakarta Berkebun memiliki misi untuk mengajak masyarakat dalam mengembangkan konsep 3E: Yaitu Ekologis (mengembalikan kesuburan tanah), Ekonomis (hasil tanaman bisa dijual kembali), Edukasi (mengedukasi kesadaran lingkungan, khususnya untuk anak-anak). Mereka memiliki visi yang sama dan cukup sederhana, yaitu menyebarkan semangat positif untuk lebih peduli kepada lingkungan dan perkotaan dengan melaksanakan program urban farming yang juga melibatkan komunitas dan juga masyarakat kota setempat. Dengan ide urban farming yang digagasnya, komunitas ini berupaya segiat mungkin untuk dapat mengkonversikan  lahan tidur di kawasan perkotaan menjadi sebuah lahan pertanian atau perkebunan yang jauh lebih menghasilkan dan bermanfaat bagi masyarakat dan komunitas yang berada di sekitar lahan konversi.

Achmad Marendes menjelaskan bahwa pada dasarnya Komunitas Jakarta Berkebun ini dibentuk untuk membuat masyarakat lebih sadar bahwa kita tidak membutuhkan lahan yang luas jika ingin menanam tumbuhan atau melakukan penghijauan. Banyak cara dan banyak media yang dapat digunakan untuk menanam tumbuhan, misalnya seperti keranjang bekas buah ataupun botol-botol bekas. Dengan menyadari bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk menanam tanaman, maka hal tersebut akan membantu pengurangan jumlah polusi. Selain itu, penggunaan konsep urban farming dilakukan agar merubah paradigm masyarakat bahwa berkebun juga bisa dilakukan di pusat kota. Selain itu hasil dari tanaman-tanaman tersebut bisa dijual ataupun bisa dimanfaatkan sendiri. Hal ini tentu saja dapat menghemat biaya rumah tangga bagi para penggiatnya.

Komunitas Jakarta Berkebun merupakan komunitas non-profit dan bersifat volunteering. Sehingga keanggotaan dari komunitas ini pun menjadi tidak terikat. Achmad Marendes mengatakan bahwa Komunitas Jakarta Berkebun tidak memiliki struktur organisasi formal, sehingga para penggiat (mereka menyebut pengurus komunitas dengan sebutan penggiat) bersifat tidak terikat. Walaupun struktur organisasi pada komunitas ini bersifat tidak mengikat, namun para penggiat yang sejak awal aktif hingga saat ini tetap aktif jika ada acara-acara. Achmad Marendes mengatakan hal tersebut dilakukan karena pada dasarnya para penggiat rata-rata sudah memiliki pekerjaan tetap dan komunitas ini merupakan sarana penyaluran hobi bagi para penggiat, sehingga dirasa belum memerlukan adanya struktur organisasi yang mengikat. Bagi masyarakat yang ingin menjadi anggota dari Komunitas Jakarta Berkebun, syarat untuk menjadi anggotanya pun tidak sulit. Calon anggota hanya perlu mencari tahu melalui media sosial mengenai kegiatan Komunitas Jakarta Berkebun yang akan dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan, kemudian mengkonfirmasikan kehadirannya melalui akun media sosial tersebut dan dapat langsung mendatangi lahan berkebun.

Komunitas Jakarta Berkebun tidak memiliki aturan khusus mengenai pendanaan kegiatan. Seluruh pendanaan kegiatan berkebun yang dilakukan didapatkan dari hasil kumpulan kolektif anggota ataupun donasi yang diberikan oleh beberapa simpatisan. Achmad Marendes mengatakan bahwa donasi yang diberikan oleh simpatisan diberikan dalam jumlah beragam, bahkan pernah ada simpatisan yang mendonasikan senilai Rp. 5.000.000. oleh karena itu, masalah pendanaan bukan menjadi suatu hal yang krusial bagi komunitas ini. Selain itu jika dilihat dari hasil observasi, beberapa anggota yang ada pada saat itu merupakan orang-orang yang memang sudah memiliki pekerjaan yang mapan, sehingga tidak terlalu sulit untuk mendapatkan donasi.

Jangkauan Komunitas Dan Hubungan Dengan Komunitas Lain

Komunitas Jakarta Berkebun pada dasarnya tidak memiliki lahan tetap untuk menjalani setiap kegiatannya. Komunitas ini melakukan kerjasama dengan beberapa developer properti tertentu untuk mendapatkan lahan untuk berkebun. Sistem yang digunakan adalah peminjaman lahan sehingga jika pihak developer menghendaki pengembalian lahan, maka kegiatan berkebun harus dihentikan seperti halnya dengan proyek pertamanya di Springhill, Kemayoran, Jakarta Utara yang kemudian berlanjut di Casa Goya Residences, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dalam hal pemilihan kebun konversi, Achmad Marendes mengatakan bahwa hingga saat ini  Komunitas Jakarta Berkebun masih sangat selektif dalam memilih lahan konversi yang akan digunakan untuk kegiatan tanam-menanam. Penggunaan mekanisme peminjaman lahan untuk melakukan kegiatan menjadi hambatan tersendiri bagi komunitas ini untuk mengembangkan kegiatannya. Karena dengan adanya pemindahan lahan kegiatan, proses penanaman dan pilihan tanaman yang dipilih tidak bisa berjenis tanaman yang tahan lama atau jangka panjang. Apabila komunitas ini memiliki lahan permanen untuk berkebun, maka pemilihan jenis tanaman yang dapat dipilih juga dapat lebih beragam, selain itu jenis pohon buah-buahan juga dapat dipilih untuk ditanam. Namun, dari hal tersebut tentu saja dapat disimpulkan bahwa bahwa Gerakan Jakarta Berkebun ini sangat terbuka dalam bekerja sama walaupun dengan komunitas yang tidak dalam satu bidang yang sama karena bersifat terbuka tanpa terkecuali.

Sejarah kemunculan Komunitas Jakarta Berkebun merupakan gagasan dari beberapa arsitek di Indonesia. Namun perkembangan Komunitas Jakarta Berkebun ini meluas ke seluruh wilayah di Indonesia yang pada saat ini tergabung menjadi Komunitas Indonesia Berkebun. Komunitas Indonesia Berkebun saat ini menjadi pusat dari informasi serta kegiatan dari komunitas berkebun di beberapa kota yang tersebar di Indonesia. Komunitas Jakarta Berkebun yang sebelumnya menjadi komunitas berkebun pertama saat ini juga menjadi bagian dari Komunitas Indonesia Berkebun. Selain itu Komunitas Jakarta Berkebun juga bekerja sama dengan komunitas-komunitas lain dalam menjalankan sebuah kegiatan. Saat ini, komunitas Indonesia berkebun masih membuka kesempatan untuk terus meluaskan jaringan komunitas berkebun di wilayah-wilayah di Indonesia.

Kegiatan Komunitas

Dalam mewujudkan konsep 3E (Ekologis, Ekonomi , Edukasi ) yang dicita-citakannya, Komunitas Jakarta Berkebun telah rutin menyelenggarakan berbagai event dan kegiatan berkebun di beberapa tempat di Jakarta. Salah satu kegiatan yang menjadi program utama Jakarta Berkebun adalah kegiatan urban farmingdan panen raya.  Dengan bermodalkan lahan tanah tidur seluas 10.800 meter persegi, Jakarta Project ( 2010) untuk pertama kalinya  berhasil melakukan kegiatan urban farming di daerah Spring Hill Golf  Residence, Kemayoran, Jakarta Pusat. Para peserta yang hadir dalam acara tanam perdana ini  diberikan kesempatan untuk menaburkan benih tanaman sayuran yang akan dipanen, seperti kangkung, tomat, sawi, cabai dan jenis tanaman sayuran lainnya yang kiranya dapat bermanfaat dan menghasilkan. Dalam jangka waktu 1,5 tahun, Komunitas Jakarta Berkebun dipinjamkan dan diperbolehkan oleh pihak developer Spring Hill Golf Residence untuk memanfaatkan lahan yang mereka miliki  menjadi sebuah pekarangan perkebunan sayuran dan buah yang menghasilkan. Pada tanggal 12 Mei 2013 lalu, Komunitas Jakarta Berkebun juga baru saja melaksanakan kegiatan Tanam Perdana di daerah Casa Goya Residence, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.Sebelumnya Jakarta Berkebun juga telah melakukan kegiatan yang sama di daerah Bumi Pesanggrahan Mas, dan Kelapa Gading.

Selain menggalakan kegiatan urban farming dan panen raya, Jakarta Berkebun juga mengusung sebuah kegiatan ‘akademi berkebun’ yang erat kaitannya dengan kegiatan urban farming. Dalam kegiatan akademi berkebun  ini, beberapa ‘penggiat’ Jakarta Berkebun yang memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih mengenai teknik agrikultur membagikan ilmunya dengan membuka sebuah short course class pada waktu-waktu tertentu. Dalam upayanya untuk mensukseskan gerakan urban farming, Komunitas Jakarta Berkebun pada dasarnya sangat mengandalkan  kekuatan partisipasi kolektif masyarakat umum (community power). Semua hasil dari upaya advokasi penghijauan kota yang komunitas ini ajukan, pada akhirnya semua bergantung pada kontribusi yang diberikan oleh masyarakat. Hasilnya pun ditegaskan bukan untuk kepentingan komunitas semata, melainkan juga diperuntukan untuk kepentingan bersama. Semua ini dimaksudkan untuk menciptakan kelestarian lingkungan di masa kini dan dimasa yang akan mendatang. Mengenai sumber pendanaan kegiatannya, sebenarnya Komunitas Indonesia Berkebun tidak memiliki iuran keanggotaan khusus. Baik sumber dana ataupun bahan-bahan seperti pupuk, benih, kompos yang digunakan untuk kegiatan penanaman semuanya didapatkan dari sumbangan sukarela anggota komunitas. Beberapa perusahaan-perusahaan besar seperti contohnya Teh Kotak, juga sering kali mengajak komunitas Jakarta Berkebun untuk bekerja sama dalam event-event tertentu. dari adanya kerjasama ini biasanya komunitas Jakarta Berkebun mendapatkan sejumlah bantuan dana yang cukup besar.

Foto Kegiatan

 

Published by Politik Identitas dan Kewarganegaraan on April 6, 2014
Link: http://poliden.weebly.com/blog/komunitas-jakarta-berkebun