Menciptakan Lingkungan Tetap Lestari
Pemerhati dan aktivis lingkungan serta pihak swasta bersama- sama menyerukan kepada masyarakat untuk turut mengambil peran dalam menjaga kelestarian air dan lingkungan.
Dalam sebuah diskusi dengan tema “Pelestarian Air dan Lingkungan Sebagai Tanggung Jawab Bersama” di Jakarta, beberapa waktu lalu, tokoh lingkungan hidup Indonesia, Emil Salim mengatakan, kita semua adalah bagian dari masyarakat yang memiliki peran dalam melestarikan air dan lingkungan.
“Misalnya pemerintah mengatur kebijakan, masyarakat merawat, akademisi menyediakan teknologi manajemen lingkungan, media memotivasi gerakan pelestarian, sedangkan Lembaga Swadaya Masyarakat mengorganisir pemberdayaan masyarakat. Kita tidak bisa menyerahkan semua tanggung jawab ke satu pihak saja karena masalah air adalah masalah kita semua. Oleh karena itulah kita juga wajib turut serta dalam usaha pelestarian,” ujar Emil.
Hal senada disampaikan arsitek perkotaan yang juga salah satu inisiator Indonesia Berkebun, Sigit Kusumawijaya. Menurutnya, salah satu contoh masalah lingkungan yang kita hadapi bersama adalah banjir. Penyebab utamanya sampah yang diperkirakan mencapai 130.000 ton/hari.
“Jadi sebesar apapun usaha apa- rat menangani banjir, jika masyara- kat tetap membuang sampah sembarangan tanpa merasa berdosa, masalah tersebut tidak akan pernah dapat diatasi,” tutur Sigit.
Untuk itu Indonesia Berkebun berusaha memanfaatkan lahan terlantar untuk dijadikan lahan produktif dengan cara ditanami tanaman pangan, sehingga tanah yang tadinya rusak bisa subur kembali dan mampu meresap air hujan dengan cepat sehingga mencegah timbulnya banjir.
Semua orang dapat berpartisipasi melestarikan lingkungan dan air. Lebih dari 70 persen permukaan bumi terdiri dari air.
Oleh karena itu air sering dianggap sebagai sumber daya alam yang melimpah dan tidak akan pernah habis. Padahal kebalikannya, air dapat habis karena hanya sekian persen dari total jumlah air di bumi yang dapat digunakan/dikonsumsi. Pengertian konsumsi di sini tidak terbatas untuk diminum saja, namun juga termasuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Semua barang yang kita gunakan, dari makanan, pakaian, sepatu, buku, seluruhnya membutuhkan pasokan air dalam proses produksi maupun perawatannya. Di sinilah partisipasi masyarakat benar-benar signifikan,” imbuh Emil.
Terdapat sebuah konsep perhitungan jejak air atau water footprint untuk mengindikasikan jumlah air yang dipergunakan individu, komunitas maupun industri saat membuat/merawat barang. Perhitungan jejak air tersebut diartikan secara virtual, dari pemakaian air hujan (green water footprint), air permukaan/air tanah (blue water footprint) sampai air untuk mengolah limbah barang tersebut (grey water footprint).
Angkanya bervariasi tergantung proses produksi, lokasi, bahkan cuaca. Sebagai contoh, untuk memproduksi 1 kilogram daging dibutuhkan sekitar 15.000 liter air dan 8.000 liter untuk memproduksi sebuah celana jeans.
Hal ini menunjukkan konsumsi barang-barang di atas jauh lebih banyak daripada rata-rata 8 liter air yang diminum per hari. Terdapat banyak kalkulator digital yang mudah dipergunakan untuk mengetahui perhitungan jejak air, salah satunya Waterfootprint.org.
“Walaupun hanya sebagai indikasi virtual namun secara ilmiah perhitungan jejak air seharusnya memberikan kesadaran bagi kita semua untuk turut berpartisipasi melestarikan air. Caranya sederhana, kita cukup dengan bijak memilih produk yang efisien air dalam proses produksinya,” ucap Sigit. san/R-1
Belajar Menanam Pohon
Rasa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan tidak akan muncul begitu saja, namun harus ditanamkan sejak kecil. Membiasakan anak untuk mencintai lingkungan dapat dimulai dari dalam rumah dan lingkungan sekitar.
Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan kepada sang buah hati.
Buang Sampah pada Tempatnya
Hal ini bisa menjadi dasar kepedulian buah hati Anda pada lingkungannya. Anda bisa memberi wawasan pada mereka apa bahaya jika sampah tidak dibuang pada tempatnya, misalnya membuang sampah di sungai atau melempar sampah sembarangan dari jendela mobil. Ajarkan juga mereka membedakan mana sampah organik mana sampah non-organik.
Untuk melatih mereka, sediakan tempat sampah yang bisa menampung sampah non organik di dalam kamar mereka. Jika mereka sudah terbiasa dan memulai dari rumah, maka mereka akan peduli saat membuang sampah pada tempatnya sekalipun mereka jauh dari rumah. Mengingat masih banyak keluarga yang tidak peduli, ayo mulai dari keluarga Anda!
Kreasi Baru dengan Daur Ulang
Memanfaatkan beberapa barang bekas dan sampah yang bisa didaur ulang bisa menjadi salah satu cara kreatif agar putra-putri Anda tidak terlalu konsumtif membeli berbagai mainan atau barang-barang buatan pabrik. Selain bisa menjadi alternatif daur ulang, kegiatan ini bisa dilakukan seluruh keluarga yang menyenangkan.
Anda pasti masih ingat bagaimana membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali. Atau bila ingin barang yang tahan lama, Anda bisa mengajak buah hati Anda membuat tas atau dompet dari pembungkus sabun cuci piring cair. Tanamkan pada diri anak Anda bahwa memakai bahan kreatif daur ulang adalah hal yang baik dan bisa menyelamatkan lingkungan.
1. Belajar Menanam Pohon
Keluarga Anda pasti ingin berpartisipasi pada acara menanam pohon yang sering digalakkan berbagai lembaga pencinta lingkungan maupun pemerintah. Membuat putra-putri Anda mencintai pohon sebagai salah satu penopang kehidupan tentu harus Anda biasakan mulai mereka kecil.
Jika halaman rumah Anda tidak terlalu luas, Anda bisa memanfaatkan tanaman yang memakai media pot. Ajak putra-putri Anda untuk turut serta merawatnya, lebih baik jika yang Anda tanam bisa menghasilkan buah, pohon tomat misalnya. Anda juga bisa memakai media boneka yang bisa ditumbuhi tanaman, misalnya boneka Horta.
2. Tamasya Ke Alam Bebas
Anak-anak akan lebih mudah bila melihat dan merasakan sendiri seperti apa lingkungan yang sehat, sehingga tidak ada salahnya bagi Anda untuk mengajak mereka tamasya ke sebuah lokasi yang masih mempertahankan sisi alaminya. Daripada selalu ke mall, sekali waktu Anda bisa mengajak buah hati Anda ke sebuah hutan lindung atau cagar alam.
Dengan datang langsung, Anda bisa menjelaskan fungsi hutan sebagai paru-paru penghasil oksigen, daerah resapan air dan kegunaan dari batang pohon. Bila Anda kebetulan melewati sungai yang kotor, Anda bisa menjelaskan dampak tercemarnya air sungai dan laut, termasuk bahaya yang timbul jika perairan digenangi banyak sampah. san/R-1
Published by Koran Jakarta on Tuesday, July 14, 2015
Link: http://www.koran-jakarta.com/?33159-menciptakan%20lingkungan%20tetap%20lestari