Mengajak Berkebun di Perkotaan

Jumat, 2 Jan 2015 | Penulis: Yudis

Indonesia Berkebun mengajak warga kota menanami lahan terbuka di kota untuk tanaman produktif (urban farming).

Housing-Estate.com, Jakarta – Konsep urban farming sebenarnya bukan hal baru. Banyak kota di dunia termasuk di Indonesia sudah melakukannya. Hanya, kegiatannya tidak tersosialisasi dengan baik sehingga tidak menjadi sebuah gerakan masif. Padahal tujuannya sangat bagus: memanfaatkan lahan kosong di perkotaan yang tidak atau belum dimanfaatkan menjadi lebih produktif dengan cara ditanami.

Adalah Ridwan Kamil, dosen arsitektur ITB yang juga principal biro arsitek Urbane (Bandung) dan beberapa koleganya yang menggagas pendirian Indonesia Berkebun (IDberkebun) akhir 2010. Menurut Sigit Kusumawijaya, PR IDberkebun, sebelum menjadi komunitas, para inisiator memasyarakatkan konsep urban farming itu melalui social media. “Kita bikin kuliah di Twitter, menyemangati orang kota supaya mau berbuat sesuatu,” kata principal biro arsitek SiG ini. Kampanye melalui social media dipilih karena dinilai paling cepat dan mudah mengajak orang kota.

mengajak-berkebun-di-perkotaan-komunitas-gmp

Setelah sosialisasi dirasa cukup, proyek tanam pertama dilakukan 20 Februari 2011 di lahan milik developer di Kemayoran, Jakarta Pusat, yang akan dibangun apartemen dan hotel. Dari sekitar 1 ha lahan yang ada, lebih dari setengahnya ditanami sayuran seperti kangkung, bayam, dan ubi. Kangkung dan bayam dipilih karena dianggap mudah ditanami. Kenyataannya banyak juga yang tidak tumbuh karena menanam bibitnya terbalik.

“Namanya anak kota, nggak tahu mau tanam apa, sementara arsitek pengennya secara visual bagus. Pengen tanam strawberi, nggak tahu kalau nggak bisa ditanam di situ,” jelasnya. Karena itu dalam perjalanannya komunitas dibantu tukang kebun yang bekerja pada developer untuk memilih jenis tanaman yang tepat dan cara menanamnya. Akhirnya lahan di Kemayoran itu bisa menghasilkan panen sampai tiga kali. Saat ini lahan sudah tidak ada karena sudah dibangun.

Menyenangkan

Kegiatan tanam perdana itu pun dijadikan sebagai hari lahir Jakarta Berkebun sekaligus IDberkebun. Muasalnya, setiap kegiatan Jakarta Berkebun selalu di-postinganggota foto-fotonya di dunia maya, sehingga kota lain juga ingin membuat komunitas serupa. Itulah yang mendorong pembentukan IDberkebun sebagai induk komunitas berkebun di seluruh kota di Indonesia.

Setiap kota juga mem-posting foto-foto kegiatannya, sehingga saling menyebarkan informasi dan saling mendukung. Tiap kota dibebaskan mengembangkan acara dengan menggaet sponsor selama bukan perusahaan rokok dan minuman beralkohol. Karena untuk warga kota, acara dikemas begitu rupa agar menyenangkan. Misalnya, bertanam ditambah acara musik, panen diiringi acaracooking on the spot.

IDberkebun juga memiliki Akademi Berkebun yang memberikan edukasi tentang berkebun melalui pertemuan langsung. Di situ diajari soal bercocok tanam dan juga aspek bisnisnya. Saat ini Akademi Berkebun baru ada di BSD City, Serpong, Tangerang (Banten). “Idealnya tiap kota memiliki akademi berkebun sendiri sehingga edukasinya bisa lebih maksimal,” ujar Sigit.

Konsep 3E

Dalam memanfaatkan lahan IDberkebun menerapkan konsep 3E: ekologi dengan mengembalikan kesuburan lahan melalui penanaman, edukasi dengan mengajak warga memiliki sense of belonging melalui penghijauan lahan dan memahami manfaatnya, dan ekonomi berupa kemampuan warga memenuhi kebutuhan sayurannya tanpa perlu belanja ke pasar sehingga lebih sehat, ekonomis, dan mengurangi jejak karbon.

IDberkebun saat ini memiliki 13 penggiat aktif di bawah Pembina Ridwan Kamil, Ketua Achmad Marendes, Public Relation Sigit Kusumawijaya, dan Koordinator Akademi Berkebun Ida Amal. Mereka berkampanye melalui dunia maya sekaligus mencari lahan untuk ditanami. Warga kota diajak proaktif mengajukan lahan kosong yang bisa ditanami.

Misalnya, warga perumahan Pesanggrahan Mas, Tangerang-Banten, mengontak IDberkebun untuk memanfaatkan lahan di perumahan mereka seluas 100 m2. “Kita datang ngasih edukasi. Ketika siap ditanami diliput juga oleh media, warga senang karena kegiatannya diliput. Kalau warga sudah aktif, itu kita anggap sudah ideal,” jelasnya.

Spot Hijau

Saat ini ada 26 kota di bawah IDberkebun. Berpatokan pada Twitter, Jakarta Berkebun misalnya, memiliki 6.000 follower, Bandung Berkebun 4.000 follower. Sigit berpendapat, kalau komunitas ini ingin menghasilkan sesuatu yang lebih nyata, harus ada kewajiban tiap daerah menyediakan lahan. Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi Walikota Solo pernah membantu kegiatan Solo Berkebun.

Pemerintah Batam juga menyediakan lahan untuk ditanami sekaligus digabung dengan komunitas lain untuk beraktivitas di situ seperti komunitas sepeda, panjat tebing, dan joging. Ia juga mengungkapkan keinginan mendekati pemerintah untuk mendorong pembuatan aturan yang mewajibkan tiap daerah menyediakan lahan. “Ini visi besar kita. Kalau setiap kelurahan atau kecamatan bisa mengalokasikan lahan, itu akan jadi spot-spot hijau di perkotaan,” katanya.

 

Published by Housing Estate on Friday, January 2, 2015
Link: http://www.housing-estate.com/read/2015/01/02/mengajak-berkebun-di-perkotaan/